Hai, Sahabat Aisyahdian.com kali ini saya akan mengajak kalian untuk membaca satu review buku asyik yang akan membuat dunia kalian terasa lebih indah.
Buku ini berjudul “Dalam Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi” Salah satu buku karya Ibu Amanada Katili Niode Ph.D yang sangat rekomended untuk dibaca bagi semua orang, semua kalangan, berapapun usianya, apapun profesinya.
Saya mengatakan demikian karena setelah menuntaskan baca
buku Dalam Dekapan Bumi ini saya
langsung meminjamkannya kepada Suami. Saya bilang, ini buku yang wajib dibaca. Saya
ingin menularkan rasa yang saya dapatkan ini kepada orang terdekat.
Kadang ketika suara kita tidak didengar, ilmu yang kita
miliki belum sampai untuk bersuara, kita hanya perlu menyodorkan buku. Beri
tanda bagian yang ingin dibaca dengan sticky note ataupun tanda cinta.
Karena pada dasarnya semua orang pasti menyayangi Bumi.
Hanya saja kadang kesibukan, ketidaktahuan membuat banyak orang abai. Padahal
banyak hal sederhana yang bisa dilakukan untuk mencintai Bumi ini bukan? Yakinlah bahwa setiap langkah kecil yang
kita lakukan akan membawa makna yang besar bagi bumi
Review Buku Dalam Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi
Judul Buku : Dalam Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi
Penulis : Amanda Katili Niode, Ph.D.
Penerbit : CV. Diomedia – Solo, Jawa Tengah.
Cetakan pertama : Oktober 2024
Jumlah Halaman: xxxviii + 420 hal
Ukuran Buku: 15 x 23 cm
ISBN : 978-623-8228-51-5
Harga : Rp.
145.000,00 (belum termasuk Ongkir)
Kesan Pertama pada Buku “Dalam Dekapan Zaman. Memoar Pegiat
Harmoni Bumi” ini sangat ekslusif. Seperti khas buku-buku dari Ibu Amanda
Katili Niode, Ph.D. yang saya suka adalah bukunya ini tidak digarap dengan main-main.
Dengan hanya memegangnya saja kita sudah tahu kwalitas bukunya seperti apa,
wajib dimiliki!
Tatanan sampul depannya didesain dengan cantik. bergambar
seorang perempuan sedang duduk santai sambil membaca buku di atas sebuah sampan
yang disangga dua tangan yang muncul dari dalam air, sangat menarik. Ada ketenangan
serta kedamaian yang terpancar ketika kita membacanya.
Sebagai pecinta warna biru dan pink tentu saya sangat suka sekali.
Buku ini sangat dominan warna biru muda dan warna pink pada sampul depan. Bahkan di dalamnya untuk menandai bab-bab baru
juga ada sekat warna yang senada seperti sampulnya, biru.
Dalam Buku “Dalam Dekapan Zaman. Memoar Pegiat Harmoni Bumi”
Didahului dengan 17 testimoni Dr. Alue Dahong, Suzy Hutomo, Dina Maria
Danomira, Silverius Oscar Unggul, Farid Aulia Rahman, Rika Dinarjanti, Dr.
Rahmat Gobel, Debby Loekito, Kevindra Soemantri, Dr. Ir. Mahawan Karuniassa, MM.,
Laetania Belai Djandam, Tantrie Soetjipto, Erros Djarot, Dr.Ir. Erna Witoelar
MSI., Gita Wirjawan, Prof. Dr. Daniel Murdiyarso, dan Rahayu Saraswati
Djojohadikusumo,
Lalu di halaman berikutnya dilanjut denganSekapur Sirih oleh
Dr. Nurmala Kartini Sjahrir (Duta Besar dan Ketua Majelis Wali Amanat USU) Lalu
ada daftar judul bab, Tentang Penulis dan Prolog, serta ditutup dengan Epilog,
Daftar Pustaka dan juga Galeri Foto.
- Bab
01. Mengenal Bumi, Nilai dan Nasibnya.
- Bab
02. Menggalang Memoar Untuk Bumi.
- Bab
03. Mengukir Landasan Pendidikan.
- Bab
04. Mengembangkan Profesi Harmoni Bumi.
- Bab
05. Menuju Masa Depan Berkelanjutan.
- Bab
06. Mendunia Dalam Dialog Global.
- Bab
07. Membawa Perubahan dengan Kata.
- Bab
08. Menginspirasi Melalui Climate Coaching.
- Bab
09. Mewacanakan Filsafat, Ilmu dan Teknologi.
- Bab
10. Mengangkat Citra Kuliner Lokal.
- Bab 11. Menjalin Kolaborasi Pemuda.
Jatuh Cinta Pada Buku Dalam Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi
Pertama kali membaca halaman demi halaman buku “Dalam
Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi” ini saya merasa takjub. Buku setebal
420 halaman ini merupakan catatan perjalanan selama 50 tahun Ibu Amanda Katili
Niode Ph.D sebagai pegiat lingkungan, aktivis perubahan iklim yang biasa
disebut sebagai Pegiat Harmoni Bumi.
Buku ini mengajak kita sebagai pembaca mengetahui tentang
berbagai isu-isu lingkungan dan perubahan iklim yang terjadi saat ini dan
bagaimana kita harus berperan aktif untuk menjaga Bumi.
Dari sini saya juga belajar bagaimana caranya dapat berkontribusi,
menularkan kepedulian dan pengetahuan mengenai isu lingkungan dan perubahan
iklim, mulai dari hal terkecil dan termudah yang bisa kita jangkau yakni
keluarga. Menjaga lingkungan itu tidak sulit,
kita bisa melakukan hal-hal sederhana, seperti mengurangi plastik,
bahkan menanam pohon yang bermanfaat buat diri kita sendiri, adalah bentuk
cinta kita pada bumi.
Mengajarkan Bagaimana Caranya Mengenal dan Menjaga Bumi
Pernah nggak sih kalian memikirkan berapa daya tampung
maksimal planet Bumi ini sebagai 'rumah' bersama? Seperti yang kita tahu bahwa sebuah
kapal di lautan lepas pasti akan tenggelam jika muatannya melebihi kapasitas
bukan? maka Bumi kita ini juga memiliki batasannya lho.
Seperti yang kita semua tahu, setiap detik penghuni Bumi
terus bertambah sedangkan kapasitas dan sumber daya yang disediakan tetap,
bahkan berkurang karena banyak orang yang serakah bukan? Hal ini menyadarkan
bahwa menjaga agar Bumi tidak tenggelam adalah tanggung jawab kita bersama
untuk menjaganya.
Pulau Kalimantan, khususnya di kota Balikpapan yang Saya
tinggali ini ketika di siang hari rasanya matahari itu ada ada 5. Saking panas, terik begitu menyengat di kulit. Bahkan
jam 7 pagi saja sudah takut keluar rumah.
Padahal saya ingat beberapa belas tahun yang lalu cuaca tidak se-ekstream ini.
Seperti yang kita tahu, perubahan iklim adalah permasalahan
global karena emisi gas rumah kaca dari berbagai negara di dunia memengaruhi
atmosfer bumi. Karenanya untuk menyikapi perubahan iklim diperlukan kesatuan
tanggapan dalam bentuk multilateralisme insklusif, yaitu melibatkan seluruh
lapisan masyarakat, kerjasama internasional serta mobilisasi sumber daya secara
global.
Solidaritas ini merupakan benang merah yang menyatukan kita
dalam menghadapi krisis bumi jika kita ingin bumi ini tetap layak huni, kita
harus bekerja sama untuk menjaga Bumi. Kita semua memiliki peran dalam hal merawat
Bumi. Apapun profesi dan latar belakang kita seharusnya mencintai dan menjaga
bumi sebagai rumah kita bersama.
Mengenal Sosok Ibu Amanda Katili Niode Ph.D
Sebenarnya beberapa tahun belakangan ini saya mengenal sosok
Ibu Amanda Katili Niode di beberapa buku yang beliau tulis serta artikel di
berbagai media. Karena saya tertarik dengan
kegiatannya yang selalu akif organisasi
lingkungan. Tak lupa saya follow semua social
medianya.
Namun di buku Dalam Dekapan zaman ini, kedua Indera penglihatan
saya makin terbuka dengan membaca banyak sekali ulasan dan testimoni dari
orang-orang hebat dan kompeten di bidangnya yang mempunyai beragam latar
belakang keilmuan dan aktivitas. Semua
ulasannya tertulis begitu mengagumi sosok Ibu Amanda yang sangat menginspirasi.
Ternyata Ibu Amanda Katili Niode tidak hanya aktif di
berbagai organisasi lingkungan skala nasional dan internasional. Pernah
menjadi Tim Ahli utusan khusus Presiden Republik Indonesia untuk
pengendalian perubahan iklim tahun 2015 hingga 2019 , staf khusus Menteri
Lingkungan Hidup dan sejak 2016 menjadi anggota dewan pertimbangan perubahan
iklim, kementrian lingkungan hidup dan kehutanan.
Keaktifan ibu Amanda di berbagai organisasi lingkungan
dan perubahan iklim, membuatnya terpanggil untuk menjadi climate action coach. Ibu
Amanda juga melakukan pendampingan pada generasi muda diberbagai program isu
lingkungan dan perubahan iklim yang melibatkan generasi muda seperti Youth
Leadership Camp for Climate Crisis dengan peserta mahasiswa Indonesia dari
berbagai daerah.
Menjaga Bumi Melalui Sistem Pangan Ramah Iklim dan Mengangkat Citra Kuliner Lokal
Sebagai Food Blogger Indonesia yang sehari-hari berkutat mereview
makanan saya sangat antusias dengan
gagasan yang dipaparkan oleh Ibu Amanda
Katili Niode. Ternyata, kita bisa lho menjaga Bumi melalui sistem pangan ramah iklim dan mengangkat citra kuliner lokal. Seperti Binthe Biluhuta Gorontalo, yang merupakan sup jagung tradisional yang sangat terkenal di Gorontalo.
Melalui ‘Omar Niode Foundation‘ Ibu Amanda dan
keluarga berperan aktif dalam meningkatkan kepedulian pada kualitas sarana
pendidikan serta sumber daya manusia di bidang budaya, pertanian, pangan dan
kuliner.
Gerakan ini didorong oleh perasaan untuk mengenang almarhum anak sulung, Omar Taraki Niode, yang menyelesaikan pendidikan sarjana dan pascasarjana di Department of Food Science and Technology, College of Agriculture and Environmental Sciences, University of California Davis, Amerika Serikat.
Tak hanya itu dengan Omar Niode Foundation Ibu
Amanda juga mengangkat citra kuliner lokal, yang tidak hanya di kancah kuliner Nasional namun
sudah memasuki dunia kuliner internasional melaui buku-buku, kegiatan maupun
kolaborasi yang mengangkat citra makanan lokal/ makanan khas Nusantara.
Setiap makanan itu memiliki jejak karbon yang berbeda
sehingga kita harus berhati-hati dalam memilih agar pilihan makanan dan pola
makan kita dapat mengurangi dampak perubahan iklim. Sistem pangan yang salah
saat ini dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan menyebabkan
sepertiga dari semua emisi gas rumah kaca penyebab krisis iklim.
Penutup
Terakhir, jika saat ini hati sudah mulai galau dengan
lingkungan sekitar yang nggak nyaman. Berarti keadaan Bumi yang kita pijak memang
sedang tidak baik-baik saja. Namun jangan takut karena kalian saat ini sudah
berada di Jalur yang tepat. Baca buku ini dan akan menemukan jawabannya. Buku
ini dapat dijadikan Kompas, penuntun yang bijak bagaimana sih kita bisa hidup
agar tetap selaras dengan harmoni bumi dengan penuturan yang sangat lembut
layaknya seorang Ibu.
Bagi sahabat Aisyahdian.com yang ingin memiliki buku Dalam
Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi. Bisa langsung melakukan
pemesananan buku melalui penerbit Diomedia dengan kontak berikut :
0856-4376-2005.
Semoga ulasan kali
ini menginspirasi dan bermanfaat ya..
Orang-orang hebat semua yang memberikan testimoni terhadap buku Dalam Dekapan Zaman ini. Penulisnya sendiri, Amanda Katili juga orang hebat ya. Jadi pengen juga ditulari semangatnya untuk lebih peduli dengan kondisi bumi
BalasHapusPenasaran, pengen baca bukunya juga. yup jenis makanan punya jejak karbon masing2.
BalasHapusAku suka dengan desain sampul buku ini. Ilustrasinya cakep. Perpaduan warna pink dan biru juga bagus sekali. Aku belum baca bukunya dan berharap bisa membacanya. Membacanya kayaknya memang akan membuat hati semakin lebih tenang ya . Dan semoga kita bisa memaksimalkan menyelaraskan lingkungan yang kita pijak
BalasHapusMolly juga wajib baca bukunya agar bisa lebih mengenali lingkungan dan paham gimana menjaganya.
BalasHapusUntuk menjaga bumi, gak hanya satu dua orang yang bergerak seperti Ibu Amanda Katili Niode, Ph.D. Tapi melalui buku "Dalam Dekapan Zaman, Memoar Pegiat Harmoni Bumi", kita jadi belajar dan bisa meniru apa yang telah dilakukan Ibu dalam menjaga lingkungan sekitar dari mulai mengelola sampah, mengurangi plastik, bahkan menanam pohon.
BalasHapusSuka banget sama pembahasannya yang dimulai dari keresahan dan ketertarikan hingga mendarah daging untuk sebuah informasi yang lebih lengkap.
Aku udah khatamin bukunya juga mbak dan jadi makin paham apa pentingnya menjaga bumi tempat kita tinggal ini. Baca pengalaman Ibu Amanda yang mulai tertarik pada lingkungan sampai akhirnya berkiprah di bidang lingkungan khususnya ttg perubahan iklim bikin tergugah utk berbuat sesuatu juga buat bumi ini, deh.
BalasHapusBuku tak hanya membawa keliling dunia, tetapi mendekap juga . Heheheh
BalasHapusDesain covernya cantik ya mak, aku suka dengan desainnya. Membaca review di sini jadi pengen baca bukunya juga. Semoga ada kesempatan bisa membaca buku bu Amanda yang ini
BalasHapusMbaaak mau bukunya
BalasHapusLempar Surabaya dong pinjam baca
Penasaran mau baca isinya
Hmm kalau beli nunggu bulan depan haha