Saat ini menurut data Organisasi Kesehatan Dunia WHO, Negara Indonesia menduduki peringkat 3 penyakit kusta terbanyak di dunia setelah India dan Brasil.
Agak miris ya, mengingat saat ini Negara Indonesia seharusnya sudah berada dalam masa menuju Indonesia emas, namun hingga sekarang ternyata penyakit kusta masih menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar masyarakat.
Hal ini dikarenakan masih adanya stigma masyarakat setempat terhadap OYPMK atau orang yang pernah mengalami kusta.
Hari Kusta Sedunia
Maka dari itu, perlu ada kesatuan program yang bersifat inklusif. Program ini juga hendaknya implementatif, artinya segera diaplikasikan ke masyarakat. Tidak sekadar himbauan ataupun anjuran saja.
Sebenarnya, geliat sektor pemerintahan untuk pencegahan kusta ini sudah cukup baik. Lantaran, sejak tingkatan fasilitas kesehatan (faskes) pertama seperti puskesmas, deteksi pasien kusta sudah bisa dilakukan. Keluarga pasien kusta juga harus memberikan support dan jangan mengucilkan para penderita kusta.
Apabila melakukan kontak sangat intens selama 8 bulan dapat menjadi penyebab penularan penyakit kusta, sehingga masyarakat tidak perlu takut terhadap penderita kusta jika memang tidak melakukan kontak secara intens. Bersyukur Bu Hana menjelaskan dan mengedukasi secara medis sehingga kita tidak perlu kuatir tertular, terlebih jika tidak melakukan kontak intens selama 24 jam dan berlangsung selama 8 bulan berturut-turut. Intinya adalah penyakit kusta tidak dengan mudah menular ke orang lain.
Ibu Hana mengungkapkan bahwa tahun 2023 menurut data, angka kusta di Indonesia tercatat sekitar 14.200an baru 17 ribuan yang terdaftar. Dari data ini, seharusnya kita bisa mengeliminasi kasus kusta menjadi lebih rendah lagi.
Selain percepatan deteksi dini penderita kusta, sosialisasi yang luas kepada masyarakat juga diperlukan. Salah satunya melalui ruang publik KBR ini yang disiarkan ke seluruh dunia sehingga masyarakat luas dapat memahami lebih baik mengenai penyakit ini.
Upaya NLR Indonesia Mencegah Kusta di Indonesia
Pentingnya media dalam menyebarkan pemahaman kusta juga dibenarkan oleh Bapak Agus dari NLR Indonesia. Media sangat penting dalam meluruskan informasi mengenai mispersepsi penyakit kusta.
Sebagai contoh NLR memiliki program dalam mengeliminasi kusta di Makassar. Salah satu program NLR adalah mendorong kebijakan daerah serta mengalokasi anggaran setempat untuk mengeliminasi serta pencegahan kusta secara masif. Selain itu juga program lainnya adalah, NLR akan mendampingi petugas kesehatan yang ada di Makassar.
NLR berharap bisa mengetuk pintu Dinas Sosial dan Dinas Tenaga Kerja, agar OYPMK bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik setelah sembuh dari kusta. NLR ingin stigma masyarakat dapat hilang terhadap OYPMK karena mereka juga punya masa depan setelah sembuh dari kusta. bagaimanapun juga OYPMK jika nantinya sembuh mau tidak mau harus terjun kembali ke masyarakat.
Ada tiga upaya utama yang telah dilakukan oleh NLR Indonesia.
Persepsi Kusta dan Kemiskinan
Sebagai negara dengan penderita kusta tinggi, seringkali penyakit ini dipercaya berkaitan erat dengan tingkat kemiskinan. Memang, kebanyakan penderita kusta ditemukan pada banyak negara miskin dan tropis dengan populasi tinggi. Walau demikian, tidak serta merta tingkat kemiskinan berhubungan langsung dengan jumlah penderita kusta.
Beberapa aspek seperti nutrisi dan kekebalan tubuh seseorang menjadi penyebab tingkat penyebaran penyakit kusta cukup tinggi. Jika seseorang tidak terlalu kebal dan tingkat nutrisinya kurang, maka ia akan lebih mudah menderita kusta.
Di Indonesia sendiri, Papua Barat menjadi provinsi dengan prevalensi penderita kusta terbanyak. Artinya, jumlah penderita kusta tiap 10.000 penduduk cukup tinggi di provinsi tersebut. Sedangkan, Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah penduduk kusta tertinggi.
Agar jumlah penderita kusta bisa ditekan, maka upaya yang bisa dilakukan adalah melalui transformasi Kementerian Kesehatan. Ada 6 pilar dalam transformasi ini. Salah satunya adalah transformasi layanan primer. Puskesmas yang menjadi rujukan pertama masyarakat saat ini telah dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap sehingga penderita kusta bisa dideteksi di puskesmas tanpa perlu ke rumah sakit.
Pentingnya Digitalisasi Pelaporan Kusta
Digitalisasi pelaporan kusta juga mulai digalakkan agar pasien yang tercatat bisa segera ditangani. Sebelumnya, pelaporan penderita kusta terutama yang baru dilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu yang lama.
Tak hanya itu, kemandirian obat juga menjadi langkah jitu dalam mencegah kusta lebih baik. Dulu, penderita kusta tergantung pada obat dari WHO. Saat ini, Kementerian Kesehatan telah memproduksi obat kusta sendiri sehingga distribusinya bisa lebih cepat dan penderita kusta bisa segera sembuh.
Berbagai terobosan Kemenkes tersebut juga diapresiasi NLR Indonesia. NLR Indonesia juga telah menjangkau 30 persen kabupaten/kota di Indonesia dalam bersinergi dengan Kemenkes untuk mencegah kusta. NLR Indonesia juga mendorong kebijakan pemerintah daerah agar hak-hak penderita kusta tidak mengalami stigma.
Dalam masa mendatang, tantangan hadir bagi para akademisi Indonesia untuk lebih aktif meneliti penyakit kusta. Lantaran, jumlah penelitian tentang penyakit ini di Indonesia masih kurang. Dengan banyaknya penelitian, maka pencegahan penyakit kusta juga diharapkan bisa lebih baik lagi.Bertepatan dengan Hari Kusta Sedunia yang jatuh pada tanggal 28 Januari 2024 maka pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit kusta serta menjadi momen yang tepat untuk mengakhiri stigma dan diskriminasi terhadap para pasien kusta dan orang yang pernah mengalami kusta.
NLR memiliki visi ingin membuat Indonesia bebas dari kusta, tidak ada stigma atas penderita kusta, memastikan agar tidak ada orang yang mengalami disabilitas karena kusta. Mimpi besar NLR adalah tahun 2040 seluruh dunia bebas dari kusta.
Penutup
Akhir kata Bapak Agus Wijayanto MMID selaku Direktur Eksekutif NLR Indonesia mengharapkan komitmen tidak hanya muncul di pemerintah pusat namun juga di pemerintah daerah dalam rangka mengeliminasi penyakit kusta.
NLR juga mempunyai program dalam berkontribusi terhadap upaya pencegahan kusta serta membantu OYMPK agar bisa mengakses kehidupan yang lebih baik tanpa adanya stigma dari masyarakat sekitar. Tentu saja semua itu bisa terlaksana berkat integrasi seluruh komponen masyarakat dan juga pemerintah setempat.
Sementara Ibu Hana juga berharap agar pemerintah daerah setempat dimana tingkat penyebaran kusta cukup tinggi dapat bersinergi dengan pemerintah pusat. Dan harapan lainya juga disampaikan oleh Ibu Hana terhadap para akademisi di Indonesia agar dapat meneliti mengenai penyakit kusta ini.
Hari Kusta Sedunia atau World Leprosy Day (WLD), diperingati setiap tahun pada minggu terakhir bulan Januari, dan tahun ini bertepatan dengan tanggal 28 Januari.
Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit kusta serta menjadi momen yang tepat untuk menggaungkan diakhirinya stigma dan diskriminasi kepada para pasien kusta dan Orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK).
Penting sekali rasanya untuk terus menyuarakan kampanye tentang edukasi yang mencakup aspek medis, sosial, hingga pengalaman OYPMK yang telah pulih, dengan memberikan wawasan terkait kusta yang benar dan komprehensif, Sebenarnya saat ini kita dapat mengubah persepsi negatif menjadi dukungan dan pengertian positif.
Saling Bersinergi Untuk Mengeliminasi Penyakit Kusta
Tahun 2024 ini Indonesia mengangkat tema Unity Act and Eliminate dimana kita harus bersama-sama membuka diri dimana menjadikan program mengeliminasi kusta ini tidak hanya untuk kalangan tertentu saja.
Banyak sekali penderita kusta yang saat ini masih mendapat stigma di negeri kita. Hal ini justru menambah daftar panjang masalah pencegahan dan penanganan terhadap penyakit kusta itu sendiri. Kesadaran akan penyakit kusta dari lintas generasi yang rendah juga membuat penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang cukup penting untuk ditangani.
Agar kesadaran mengenai pencegahan penyakit kusta bertambah, maka momentum peringatan Hari Kusta Sedunia menjadi tonggak penting. Momen yang diperingati pada minggu terakhir bulan Januari ini bisa menjadi salah satu momen untuk mengakhiri stigma pada Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK).
Momen peringatan Hari Kusta Sedunia juga menjadi momen untuk meningkatkan kesadaran serta memberi dukungan medis dan sosial pada OYPMK. Tak hanya itu, dukungan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat luas juga perlu diberikan untuk mengurangi stigma pada OYPMK.
Kebetulan sekali pada tanggal 30 Januari 2024, diadakan talkshow secara live streaming melalui Youtube dimana menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya, dalam hal ini berkompeten dalam membahas mengenai kusta.
Agar kesadaran mengenai pencegahan penyakit kusta bertambah, maka momentum peringatan Hari Kusta Sedunia menjadi tonggak penting. Momen yang diperingati pada minggu terakhir bulan Januari ini bisa menjadi salah satu momen untuk mengakhiri stigma pada Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK).
Momen peringatan Hari Kusta Sedunia juga menjadi momen untuk meningkatkan kesadaran serta memberi dukungan medis dan sosial pada OYPMK. Tak hanya itu, dukungan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat luas juga perlu diberikan untuk mengurangi stigma pada OYPMK.
Kebetulan sekali pada tanggal 30 Januari 2024, diadakan talkshow secara live streaming melalui Youtube dimana menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya, dalam hal ini berkompeten dalam membahas mengenai kusta.
Dalam rangka peringatan Hari Kusta Sedunia, radio KBR menyiarkan ruang publik untuk melakukan sosialisasi kusta. Siaran yang dipandu oleh Rizal Wijaya ini menghadirkan Agus Wijayanto MMID selaku direktur eksekutif NLR Indonesia dan Hana Krismawati, Msc. selaku pegiat kusta dan analis kebijakan pada Kementrian Kesehatan RI.
Program Implementatif Pencegahan Kusta
Menurut Bu Hana, banyak masyarakat Indonesia dan para Gen Z masih belum mengenal dengan baik penyakit ini. Untuk itulah sosialisasi mengenai awareness atau kesadaran tentang penyakit ini sangatlah penting. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kusta, maka hal ini juga turut membantu penderita kusta agar bisa segera sembuh.
Program Implementatif Pencegahan Kusta
Menurut Bu Hana, banyak masyarakat Indonesia dan para Gen Z masih belum mengenal dengan baik penyakit ini. Untuk itulah sosialisasi mengenai awareness atau kesadaran tentang penyakit ini sangatlah penting. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kusta, maka hal ini juga turut membantu penderita kusta agar bisa segera sembuh.
Maka dari itu, perlu ada kesatuan program yang bersifat inklusif. Program ini juga hendaknya implementatif, artinya segera diaplikasikan ke masyarakat. Tidak sekadar himbauan ataupun anjuran saja.
Salah satunya adalah upaya percepatan untuk mendeteksi penyakit ini secepat mungkin. Jika deteksi bisa dilakukan lebih cepat, maka pencegahan penularannya juga bisa dilakukan dengan segera.
Sebenarnya, geliat sektor pemerintahan untuk pencegahan kusta ini sudah cukup baik. Lantaran, sejak tingkatan fasilitas kesehatan (faskes) pertama seperti puskesmas, deteksi pasien kusta sudah bisa dilakukan. Keluarga pasien kusta juga harus memberikan support dan jangan mengucilkan para penderita kusta.
Apabila melakukan kontak sangat intens selama 8 bulan dapat menjadi penyebab penularan penyakit kusta, sehingga masyarakat tidak perlu takut terhadap penderita kusta jika memang tidak melakukan kontak secara intens. Bersyukur Bu Hana menjelaskan dan mengedukasi secara medis sehingga kita tidak perlu kuatir tertular, terlebih jika tidak melakukan kontak intens selama 24 jam dan berlangsung selama 8 bulan berturut-turut. Intinya adalah penyakit kusta tidak dengan mudah menular ke orang lain.
Selain percepatan deteksi dini penderita kusta, sosialisasi yang luas kepada masyarakat juga diperlukan. Salah satunya melalui ruang publik KBR ini yang disiarkan ke seluruh dunia sehingga masyarakat luas dapat memahami lebih baik mengenai penyakit ini.
Upaya NLR Indonesia Mencegah Kusta di Indonesia
Pentingnya media dalam menyebarkan pemahaman kusta juga dibenarkan oleh Bapak Agus dari NLR Indonesia. Media sangat penting dalam meluruskan informasi mengenai mispersepsi penyakit kusta.
Pak Agus memaparkan mengenai apa itu NLR, dimana merupakan yayasan nirlaba yang berdiri pada tahun 2018. NLR sendiri merupakan kepanjangan dari until No Leprosy Remains. Organisasi NLR ini bertujuan untuk mengeleminasi kusta di Indonesia.
NLR Indonesia, sebuah organisasi yang sudah sejak 1976 bergerak di bidang pencegahan kusta sering bermitra dengan media agar sosialisasi tentang kusta bisa dilakukan dengan baik.
Selain media, NLR Indonesia juga bermitra dengan pemerintah dan masyarakat. Integrasi yang dibangun dengan berbagai pihak diharapkan bisa mencegah kusta lebih baik. Tak hanya itu, NLR Indonesia juga mendorong adanya inter agency agar OYPMK mendapatkan akses layanan dasar dengan lebih baik lagi.
Selain media, NLR Indonesia juga bermitra dengan pemerintah dan masyarakat. Integrasi yang dibangun dengan berbagai pihak diharapkan bisa mencegah kusta lebih baik. Tak hanya itu, NLR Indonesia juga mendorong adanya inter agency agar OYPMK mendapatkan akses layanan dasar dengan lebih baik lagi.
Sebagai contoh NLR memiliki program dalam mengeliminasi kusta di Makassar. Salah satu program NLR adalah mendorong kebijakan daerah serta mengalokasi anggaran setempat untuk mengeliminasi serta pencegahan kusta secara masif. Selain itu juga program lainnya adalah, NLR akan mendampingi petugas kesehatan yang ada di Makassar.
NLR berharap bisa mengetuk pintu Dinas Sosial dan Dinas Tenaga Kerja, agar OYPMK bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik setelah sembuh dari kusta. NLR ingin stigma masyarakat dapat hilang terhadap OYPMK karena mereka juga punya masa depan setelah sembuh dari kusta. bagaimanapun juga OYPMK jika nantinya sembuh mau tidak mau harus terjun kembali ke masyarakat.
Ada tiga upaya utama yang telah dilakukan oleh NLR Indonesia.
1. Pertama adalah mendorong kebijakan daerah agar lebih baik dalam menangani kusta.
2. Kedua dalam kaitannya pencegahan kusta, NLR Indonesia mendampingi puskesmas dengan tenaga ahli dan berbagai peralatan medis yang diperlukan.
3. Ketiga, NLR Indonesia juga melakukan voicing the voice, yakni mendorong OYMPK dalam menginspirasi orang lain sehingga diskriminasi terhadap mereka bisa diakhiri.
Petingnya mengakhiri diskriminasi ini penting agar pasien kusta bisa jujur saat memeriksakan diri di Puskesmas seperti penuturan Bu Hana. Keluarga penderita harus memberi dukungan penuh dan OYMPK tidak boleh dikucilkan.
Petingnya mengakhiri diskriminasi ini penting agar pasien kusta bisa jujur saat memeriksakan diri di Puskesmas seperti penuturan Bu Hana. Keluarga penderita harus memberi dukungan penuh dan OYMPK tidak boleh dikucilkan.
Pemahaman penyakit ini yang hanya bisa menular dalam waktu yang cukup lama dan kontak erat juga perlu diberikan. Yang paling penting, tenaga kesehatan tidak boleh memberikan stigma pada penderita kusta.
Persepsi Kusta dan Kemiskinan
Sebagai negara dengan penderita kusta tinggi, seringkali penyakit ini dipercaya berkaitan erat dengan tingkat kemiskinan. Memang, kebanyakan penderita kusta ditemukan pada banyak negara miskin dan tropis dengan populasi tinggi. Walau demikian, tidak serta merta tingkat kemiskinan berhubungan langsung dengan jumlah penderita kusta.
Beberapa aspek seperti nutrisi dan kekebalan tubuh seseorang menjadi penyebab tingkat penyebaran penyakit kusta cukup tinggi. Jika seseorang tidak terlalu kebal dan tingkat nutrisinya kurang, maka ia akan lebih mudah menderita kusta.
Di Indonesia sendiri, Papua Barat menjadi provinsi dengan prevalensi penderita kusta terbanyak. Artinya, jumlah penderita kusta tiap 10.000 penduduk cukup tinggi di provinsi tersebut. Sedangkan, Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah penduduk kusta tertinggi.
Agar jumlah penderita kusta bisa ditekan, maka upaya yang bisa dilakukan adalah melalui transformasi Kementerian Kesehatan. Ada 6 pilar dalam transformasi ini. Salah satunya adalah transformasi layanan primer. Puskesmas yang menjadi rujukan pertama masyarakat saat ini telah dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap sehingga penderita kusta bisa dideteksi di puskesmas tanpa perlu ke rumah sakit.
Pentingnya Digitalisasi Pelaporan Kusta
Digitalisasi pelaporan kusta juga mulai digalakkan agar pasien yang tercatat bisa segera ditangani. Sebelumnya, pelaporan penderita kusta terutama yang baru dilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu yang lama.
Tak hanya itu, kemandirian obat juga menjadi langkah jitu dalam mencegah kusta lebih baik. Dulu, penderita kusta tergantung pada obat dari WHO. Saat ini, Kementerian Kesehatan telah memproduksi obat kusta sendiri sehingga distribusinya bisa lebih cepat dan penderita kusta bisa segera sembuh.
Berbagai terobosan Kemenkes tersebut juga diapresiasi NLR Indonesia. NLR Indonesia juga telah menjangkau 30 persen kabupaten/kota di Indonesia dalam bersinergi dengan Kemenkes untuk mencegah kusta. NLR Indonesia juga mendorong kebijakan pemerintah daerah agar hak-hak penderita kusta tidak mengalami stigma.
Dalam masa mendatang, tantangan hadir bagi para akademisi Indonesia untuk lebih aktif meneliti penyakit kusta. Lantaran, jumlah penelitian tentang penyakit ini di Indonesia masih kurang. Dengan banyaknya penelitian, maka pencegahan penyakit kusta juga diharapkan bisa lebih baik lagi.Bertepatan dengan Hari Kusta Sedunia yang jatuh pada tanggal 28 Januari 2024 maka pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit kusta serta menjadi momen yang tepat untuk mengakhiri stigma dan diskriminasi terhadap para pasien kusta dan orang yang pernah mengalami kusta.
NLR memiliki visi ingin membuat Indonesia bebas dari kusta, tidak ada stigma atas penderita kusta, memastikan agar tidak ada orang yang mengalami disabilitas karena kusta. Mimpi besar NLR adalah tahun 2040 seluruh dunia bebas dari kusta.
Penutup
Akhir kata Bapak Agus Wijayanto MMID selaku Direktur Eksekutif NLR Indonesia mengharapkan komitmen tidak hanya muncul di pemerintah pusat namun juga di pemerintah daerah dalam rangka mengeliminasi penyakit kusta.
NLR juga mempunyai program dalam berkontribusi terhadap upaya pencegahan kusta serta membantu OYMPK agar bisa mengakses kehidupan yang lebih baik tanpa adanya stigma dari masyarakat sekitar. Tentu saja semua itu bisa terlaksana berkat integrasi seluruh komponen masyarakat dan juga pemerintah setempat.
Sementara Ibu Hana juga berharap agar pemerintah daerah setempat dimana tingkat penyebaran kusta cukup tinggi dapat bersinergi dengan pemerintah pusat. Dan harapan lainya juga disampaikan oleh Ibu Hana terhadap para akademisi di Indonesia agar dapat meneliti mengenai penyakit kusta ini.
Sosialisasi mengenai kusta harus lebih sering diadakan untuk meningkatkan kesadaran kepada masyarakat terhadap penyakit kusta agar stigma dan diskriminasi kepada para pasien kusta dan Orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) tidak terjadi
BalasHapus