Pernah kecewa? Sangat kecewa,
hingga kepengen menangis? Hahaha cenggeng ya kesannya. Jadi gini ya, sebegai
cewek aslinya aku kan suka ngomel. Udah dari dulu juga gitu. Tapi kalau sudah
mentok malah pengen nangis saking kecewanya.
Ngomel-ngomel nggak jelas, ini
kalau yang diomelin ada di depan mata kan? Kalau yang diomelin jauh ya larinya
ke wapri. Trus kalau yang diomelin nggak ngerespon biasa langsung ke status, whatsapp,
twitter dan facebook. Perang status, saling klarifikasi duh, udah tua juga, berentian
sudah.
Terus yang didapat apa? Biasanya plong
sesaat, apalagi di sosmed kan banyak teman-teman kita yang sok perduli padahal
ya hanya kepo dan suka jadi kompor mbleduk yang suka memanasi. Hahahah tapi yakin
deh,hubungan dengan orang yang bermasalah dengan kita yang bubar jalan. Miris ya,
masalah selesai enggak tapi buyar iya. Off course setelah dibumbui sana-sini
biasanya emang gitu.
Jadi, sebelum masalah muncul di
permukaan sebaiknya tahan-tahan-tahan dan tahaaan diri untuk tidak menuliskan
di status, karena yang kepo dengan hidup kita itu banyak. Nggak hanya seleb lho
yang dikepoin orang gabut itu, kehidupan remeh temeh kaya kita pun tak lepas
dari perhatiannya.
Management Hati Saat kecewa Melanda
Management hati saat kecewa
melanda ini menurutku sangat penting. Tentu saja agar kita tidak terlihat
menjadi pribadi yang penuh emosi dan meledak-ledak. Ingat umur euy, kita bukan
lagi berada diusia labil kan?
Ingat kan kalimat kalau suka
marah-marah itu temennya Setan Merah aka Red Devil. Eh itu sih MU ya wakaka,
aku pun fans Manchester United sebenarnya. Tapi setan disini maksudnya ya setan
beneran bukan setan merah yang isinya cowok-cowok cakeb, atletis, energik nan
penuh talenta itu.
Ingat Allah, Just Remember Allah.
Jadi saat kecewa melanda
satu-satunya yang harus dihadirkan di hati kita adalah dengan mengingat Allah. Ingat
Allah, just Allah. Ingat segala sesuatunya sudah ditakdirkan oleh Allah.
Bilang sama hati, ”Hari ini kamu
boleh kecewa tapi semua akan baik-baik saja” Everything will be okay…. Hal ini
tidak akan mengurangi apapun yang kamu punya, karena takaran apa yang kamu
miliki sudah ditakar oleh Allah.
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram (Qs. Ar Ra’du ; 28)
Semua Hanya Titipan
Ingat apapun yang kita punya
hanyalah titipan. Harta, anak,istri,
suami, orang tua, saudara, sahabat hanyalah titipan. Kelak kalau
penitipnya mengambil nggak boleh marah. Kecewa
boleh karena kita sudah biasa bergantung, tapi crazy in love jangan.
Hal terberat adalah ketika Allah
mengambil sosok almarhum Bapak dalam hidupku empat tahun yang lalu. Berat karena
bapak adalah tempat aku bergantung, tempat aku curhat dan tempat mencurahkan
kasih sayang. Dalam sehari nggak terhitung berapa kali sms, telefon, curhat.
Setua ini, aku kalau ada apa-apa
lebih suka curhat ke bapak karena realistis menurutku. Jadi kalau pas aku salah
jalan dibenerin. Nah kalau dengan ibuk kan suka mengedepankan emosi.. ( perempuan
kan gitu ya)
Jadi ketika Allah mengambil
titipannya aku sempat shock, separuh jiwaku beneran nggak menginjak bumi saking
merasa kehilangannya. Tahun demi tahun berlalu baru bisa mengikhlaskan
kepergiannya.
Tapi ini menjadi pelajaran berharga banget bagiku. Sekarang kalau ada hal-hal kecil hilang, ya udah lempeng aja, yang terbaik saja ketika hilang harus ikhlas apalagi yang remeh temeh dalam hidup.
Mengadu Sama Allah
Klise banget sih ya kalimat di atas?
Hihihi akupun baru akhir-akhir ini mempraktekan. Meski ada suami, ada sahabat dekat yang bisa
kita aduin. Tapi, ada beberapa hal yang tak bisa kita adukan kan ya untuk
hal-hal yang terlalu private. Jadi solusinya ya mengadu sama Allah.
Mengadu sama Allah waktu pada waktu berdoa setelah sholat itu bagus. Tapi ada kalanya kita nggak perlu menunggu waktu-waktu itu. Mau mengadu ya mengadu saja.
“Ya Allah hatiku saat ini
sedang sakit banget, please sembuhin ya.”
Amazingnya, nanti ada saja
hal-hal yang membuat kita sibuk. Misal tiba-tiba ada job dadakan yang membuat kita
sibuk lalu lupa deh dengan hal yang membuat kita sakit hati tadi.
No Conference Pers
Nggak perlu konferensi pers deh.
Meminta kejelasan pada orang yang sedang kalut dengan hidupnya sendiri itu
percuma. Yang ada kita akan semakin kecewa.
Jadi kadang kita sering kan
memakai jasa sahabat, teman ataupun memberi kesempatan pekerjaan pada orang
terdekat kita. Mahal atau murah itu bukan masalah. Bagiku bisa memberi rezeki
sesuai akad kepada orang terdekat itu lebih membahagiakan.
“Dinda, aku mau dong pesan baju
100 kodi buat lebaran ini.”
Yes, akad sudah dibuat,
pembayaran sudah dimuka. Padahal kalau dengan penjahit lain biasa pembayaran
hanya 30% sebagai tanda jadi. Barang sudah diterima baru dibayar, itupun kadang
masih ada tempo pembayaran selama 3 bulan.
Tapi kerja sama yang baik apalagi
dengan saudara ataupun sahabat aku lebih memilih membayar cash. Siapa tahu
uangnya buat beli bahan, siapa tahu bisa buat jajan ortu dan anaknya. Tapi kadang
disitu malah ujiannya. Dan entah kenapa
kaya ada sinyal sebelumnya, aku harus siap kecewa.
Pada hari H, jilbab yang dikirim
hanya 75%. Masih berhusnudzon on proses maybe. Nggak ada kabar sampai Ramadhan hari
ke 15, stock sudah habis akhirnya memberanikan diri menelfon.
“Dinda, kekurangan jilbabnya
gimana? Ekspedisi lima hari lagi tutup lho.”
“Lho, sudah selesai itu kakak. Jilbabnya
nggak tepat 100 kodi karena bahan kain naik, gaji pegawai konveksi naik juga
karena efek Corona. Kakak tahu sendirikan kondisi sedang begini?”
Tears, uang itu tak seberapa,
tapi Attitude nya dear. Kalau aku
memesan di konveksi lain mungkin aku mendapatkan 120 kodi jilbab. Atau kalau kejadiannya
benar begitu, harusnya ngomong kalau sudah selesai. Bukan hanya pada waktu akad
saja.
Mungkin aku bisa memviralkan di
sosmed dengan alasan biar nggak ada lagi korban sama seperti aku. Rezeki kamu bisa
hancur karena nggak amanah dan nggak akan ada yang mau memesan jilbab di
tempatmu lagi.
Tapi aku memilih diam, memilih ya
sudahlah. Dari 75 kodi aku sudah mendapatkan keuntungan sekian juta tapi halal.
Daripada kamu yang nggak amanah memakan sekian juta tapi nggak halal.
Kecewa Karena Hutang? Ikhlaskan.
“Mbak hutangnya dibayar dong,
sudah 5 tahun nggak ada kabarnya? Aku juga perlu uang nih”
Pesan hanya diread aja. Besok lagi
di ping sudah di block dong. Pas ditelfon pakai nomer lain pura-pura lupa siapa
kita. Duh Gusti ingkang maha kaya, gantikanlah rezeki yang sudah dia ambil
dengan berlipat ganda.
Done cukup disitu saja. Sekedar cukup tahu saja kalau misal persahabatan hanya berharga sekian juta.
Kalau dulu aku pernah emosi, sempat marah-marah di status, pernah viralin orang. Ah itu kesalahan besar banget. Uang tak Kembali, persahabatan pun hilang. Poor me.
Biarlah Allah dengan segala rencana dan caranya. Nanti pasti dikasih rezeki yang lebih banyak daripada yang hilang.
Penutup
Sekian dulu curcol tentang management hati yang
kecewa kali ini. intinya kalau pas kecewa gitu harus sering-sering istigfar. Nggak
semua akan berjalan mulus sesuai yang kita mau. Dalam berusahapun ada up, down
dan juga terperosoknya. Tak apa-apa yang penting bisa bangkit Kembali dan move on. Jangan
lupa terus Bahagia ya teman-teman. See you…
Tidak ada komentar
Hai, silahkan tinggalkan komen, pesan dan kesannya. Tapi maaf untuk menghindari spam dimoderasi dulu sebelum dipublikasi ya.